Dalam
masyarakat Dayak, dipercaya ada suatu makhluk yang disebut-sebut sangat
Agung, Sakti, Ksatria, dan Berwibawa. Sosok tersebut konon menghuni
gunung di pedalaman Kalimantan, dan sosok tersebut selalu bersinggungan
dengan alam gaib. Kemudian sosok yang sangat di dewakan tersebut oleh
orang dayak dianggap sebagai Pemimpin spiritual, panglima perang, guru,
dan tetua yang diagungkan. Ialah panglima perang Dayak, Panglima Burung,
yang disebut Pangkalima oleh orang Dayak pedalaman.
Ada
banyak sekali versi cerita mengenai sosok ini, terutama setelah namanya
mencuat saat kerusuhan Sambas dan Sampit. Ada yang menyebutkan ia telah
hidup selama beratus-ratus tahun dan tinggal di perbatasan antara
Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Ada pula kabar tentang Panglima
Burung yang berwujud gaib dan bisa berbentuk laki-laki atau perempuan
tergantung situasi. Juga mengenai sosok Panglima Burung yang merupakan
tokoh masyarakat Dayak yang telah tiada, namun rohnya dapat diajak
berkomunikasi lewat suatu ritual. Hingga cerita yang menyebutkan ia
adalah penjelmaan dari Burung Enggang, burung yang dianggap keramat dan
suci di Kalimantan.
Panglima
Burung diceritakan jarang menampakkan dirinya, karena sifatnya yang
tidak suka pamer kekuatan. Begitupun orang Dayak, yang tidak sembarangan
masuk ke kota sambil membawa mandau, sumpit, atau panah.
Senjata-senjata tersebut pada umumnya digunakan untuk berburu di hutan,
dan mandau tidak dilepaskan dari kumpang (sarung) jika tak ada perihal
yang penting atau mendesak.
Lantas di manakah budaya kekerasan dan keberingasan orang Dayak yang santer dibicarakan dan ditakuti itu?
Lantas di manakah budaya kekerasan dan keberingasan orang Dayak yang santer dibicarakan dan ditakuti itu?
Ada satu perkara Panglima Burung turun gunung, yaitu ketika setelah terus-menerus bersabar dan kesabarannya itu habis.
Panglima
burung memang sosok yang sangat penyabar, namun jika batas kesabaran
sudah melewati batas, perkara akan menjadi lain. Ia akan berubah menjadi
seorang pemurka. Ini benar-benar menjadi penggambaran sempurna mengenai
orang Dayak yang ramah, pemalu, dan penyabar, namun akan berubah
menjadi sangat ganas dan kejam jika sudah kesabarannya sudah habis.
Panglima
Burung yang murka akan segera turun gunung dan mengumpulkan pasukannya.
Ritual adat yang di Kalimantan Barat dinamakan Mangkuk Merah akan
dilakukan untuk mengumpulkan para prajurit Dayak dari saentero
Kalimantan. Tarian-tarian perang bersahut-sahutan, mandau melekat erat
di pinggang. Mereka yang tadinya orang-orang yang sangat baik akan
terlihat menyeramkan. Senyum di wajahnya menghilang, digantikan tatapan
mata ganas yang seperti terhipnotis. Mereka siap berperang, Mengayau
(memenggal kepala) dan membawa kepala yang di anggap musuhnya tersebut
kemana-mana dan baru bisa berhenti apabila kepala adat yang dianggap
perwakilan Panglima Burung menyadarkan mereka.
Posted by Sabtu, Februari 23, 2013 and have
, Published at