Minggu, 13 Januari 2013

TRICOMONIASIS PADA HEWAN


TRICOMONIASIS

Trichomoniasis pada sapi adalah penyakit veneral yang ditandai dengan sterilitas, abortus muda dan pyometra, yang disebabkan oleh Trichomonas fetus. Abortus terjadi antara mingggu pertama dan minggu ke 16 umur kebuntingan. Penularan dari sapi betina ke betina lainya dapat melalui pejantan yang mengawininya. Pada tingkatan lanjut penyakit ini menyebabkan peradangan pada preputium sapi jantan.



Di bawah ini penyebab Trichomoniasis pada sapi




Gejala
 Trichomoniasis pada sapi menunjukan gejala spesifik baik pada sapi jantan maupun sapi betina, gejala umum yang nampak adalah meningkatnya angka kasus kemajiran pada kelompok ternak. Gejala penyakit ini dapat dibedakan menjadi fase akut, sub akut dan kronis.
 Gejala dari Trichomoniasis pada sapi ditandai dengan siklus estrus yang pendek dan tidak teratur,  pada umunya menyebabkan infertilitas yang bersifat sementara, terjadi abortus pada usia kebuntingan muda (umur 4 bulan atau kurang) dan disertai dengan kejadian pyometra.
Gejala penyakit ini dibagi menjadi tiga fase akut, sub akut dan kronis yang dapat dibedakan pada sapi, baik pada sapi induk ataupun sapi dara.
a. Fase akut
Fase ini ditemukan banyak kegagalan perkawinan setelah adanya pejantan yang baru masuk ke dalam suatu kelompok ternak. Panjang siklus birahi menjadi bervariasi setrelah terjadi perkawinan gagal, dan dapat melebihi 30 hari lamanya. Embrio atau foetusyang diabortuskan, karena masih sangat kecil, jarang dapat dilihat. Dalam waktu dua minggu setelah terjadi penukaran, dapat ditemukan adanya pembengkakan vulva dan jaringan sekitarnya yang disertai keluarnya cairan mukopurulen. Pada pemeriksaan penderita lebih lanjut, mula – mula menunjukkan adanya peradangan mukosa vagina, kemudian diikuti oleh adanya serpihan – serpihan nanah didalam cairan yang keluar dari alat kelamin.

b. Fase subakut.
Pada penularan fase sub akut, banyak peristiwa yang berhasil dan hewan menjadi bunting. Akan tetepi sebelum fase ini berakhir terlihat siklus birahi diperpanjang sampai 70 hari tanpa disertai kejadian abortus yang terlihat. Akan tetapi cairan mukopurulen dari vagina tiba – tiba ditentukan pada ternak lain pada pertengahan pertama kebuntingan. Pembesaran uterus dapat dirasakan melalui palpasi rectal. Pemeriksaan vagina pada saat ini menunjukkan adanya cairan mukous yang jernih disertai dengan serpihan nanah berwarna kelabu mengalir keluar dari alat kelamin. Pada kasus piometra yang lanjut, cairan tersebut bersifat mukopurulen. Pada umur 3 – 5 bulan masa kebuntingan, nanah banyak didapat dalam vagina. Abortus terjadi antara umur kebuntingan beberapa minggu sampai tujuh bulan, dan paling banyak terjadi antara umur kebuntingan empat bulan. Fetus yang terbungkus didalam selaput didalam selaput fetus yang masih utuh, tanpa disertai pembusukan. Jarang sekali fetus mengalami pembusukan dan hancur. Dua sampai tiga hari setelah abortus, cairan mukopurulen masih terlihat mengalir keluar vulva. Setelah abortus, cairan mukopurulen masih terlihat mengalir keluar vulva. Setelah abortus, siklus birahi dapat normal kembali.

c. Fase kronis.
Pada fase ini penyakit telah menurun dalam suatu usaha peternakan, namun masih terdapat gejala piometra pada beberapa ekor ternak penderita. Abortus masih timbul secara sporadic, demikian pula siklus birahi yang sifatnya tidak teratur masih ditemukan. Perwakilan dengan pejantan pembawa penyakit, masih dapat berlangsung. Gejala penyakit yang akut biasanya muncul pada beberapa sapi dara yang belum pernah tertular dan tidak mendapatkan kekebalan terhadap penyakit ini. Sesudah beberapa tahun mengalami periode laten atau kronis, trichomoniasis dapat muncul kembali apabila resistensi hewan menurun.
Epidimiologi
Trichomonas adalah penyakit menular yang ditularkan atau menular saat terjadinya perkawinan alam. Dan dapat juga menyebar melalaui inseminasi buatan dengan alat yang dicampur oleh protozoa ini, atau melalui pertolongan kelahiran yang tidak bersih. Namun, kedua cara penularan terakhir jarang terjadi. Pada sapi betina , jumlah dan aktifitas trichomonas bervariasi. Hal ini berhuungan erat dengan siklus birahi dan kebuntingan. Mula – mula pada saat pertama kali infeksi , organisme ini berkembang baik didalam vagina, dari sinilah trichomonas foetus terus berjalan menuju uterus. Proses peradangan didalam vagina berlangsung terus menerus dan berakhir sampai kembalinya birahi pertama. Sementara itu reinfeksi di dalam uterus dapat berlangsung. Selama kebuntingan, parasit dapat dijumpai didalam uterus, cairan amnion, dan allantois serta di dalam saluran pencernaan fetus. Bila kebuntingan berakhir, biasanya organisme ini menghilang dalam waktu 48 jam dari alat kelamin, dan baru muncul kembali pada fase proestrus berikutnya.

Pada sapi jantan, trichomonas foetus hidup pada permukaan penis, orifisium uretra bagian anterior dan kantung prepusium( praeputium ). Pernah juga dilaporkan adanya trichomonas foetus hidup dalam ampula, ductus deferens, dan vesika seminalis bersamaan dengan infeksi coryne bacterium piogenes.
Patogenesis
Pada vagina, Trichomoniasis pada sapi akan menyebabkan vaginitis kataralis yang menyebabkan mukosa vagina menjadi berwarna merah dan basah.  Pada infeksi yang bersifat kronis akan tampak adanya oedema pada vulva. Pada uterus infeksi oleh T. fetus akan menyebabkan endometritis kataralis yang dapat berubah menjadi purulen. Jika infeksi terjadi pada sapi bunting akan menyebabkan keradangan pada kotiledon yang selanjutnya akan diikuti dengan kematian dan maserasi fetus atau abortus, yang selanjutnya akan diikuti dengan pyometra. Pada kasus tersebut corpus luteum gravidatum tetap berkembang dan disebut corpus luteum persisten yang menyebabkan sapi tidak akan mengalami siklus birahi. Plasenta mengalami penebalan yang dilapisi sejumlah kecil gumpalan eksudat berwarna putih kekuningan, dan nampak adanya sedikit nekrosis pada kotiledon.

 Pengendalian Pencegahan dan pengobatan
Penanggulangan Trichomoniasis pada sapi dapat dilakukan pengobatan menggunakan antibiotik secara lokal pada betina yang terinfeksi. Sedangkan pada pejantan yang terinfeksi dapat dilakukan dengan pencucian atau pembilasan kantong penis (preputium) dengan antiseptik atau antibiotik seperti larutan berenil 1 % sebanyak 100-150 ml. Pengobatan pada pejantan lebih sulit sehingga pengobatan sebaiknya dilakukan hanya pada sapi jantan yang mempunyai mutu genetik yang tinggi.
Sapi induk yang menderita pyometra dapat diberikan estrogen atau prostaglandin F2α dengan tujuan terjadi kontraksi uterus sehingga terjadi pengeluaran nanah dari uterus/rahim yang selanjutnya dilakukan spool atau irigasi uterus dengan anti septik ringan.
Disamping itu pengolahan semen yang digunakan untuk IB dengan baik merupakan merupakan cara pengendalian dan pencegahan penyakit Trichomoniasis pada sapi . Semen yang beredar secara komersial dapat diberi perlakuan khusus dengan pemberian antibiotik untuk menghindari ancaman infeksi sapi betina yang di IB. Pengobatan Trichomoniasis pada sapi dapat berhasil dengan menggunakan antibiotik spektrum luas baik untuk pejantan maupun sapi betina. Usaha lain yang dapat dilakukan adalah isolasi dan memberikan waktu istirahat untuk kegiatan seksual selama 3 bulan sampai siklus birahi nampak kembali normal.

by iqbal & abel
sumber dari internet semua



share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Posted by IQBALZFREAK, Published at Minggu, Januari 13, 2013 and have