TRICOMONIASIS
Trichomoniasis pada sapi adalah penyakit veneral yang
ditandai dengan sterilitas, abortus muda dan pyometra, yang disebabkan oleh Trichomonas fetus. Abortus
terjadi antara mingggu pertama dan minggu ke 16 umur kebuntingan. Penularan
dari sapi betina ke betina lainya dapat melalui pejantan yang mengawininya.
Pada tingkatan lanjut penyakit ini menyebabkan peradangan pada preputium sapi
jantan.
Di bawah ini penyebab Trichomoniasis pada sapi
Gejala
Trichomoniasis pada
sapi menunjukan gejala spesifik baik pada sapi jantan maupun sapi betina,
gejala umum yang nampak adalah meningkatnya angka kasus kemajiran pada kelompok
ternak. Gejala penyakit ini dapat dibedakan menjadi fase akut, sub akut dan
kronis.
Gejala dari Trichomoniasis pada sapi ditandai dengan siklus estrus yang pendek dan tidak teratur, pada umunya menyebabkan infertilitas yang bersifat sementara, terjadi abortus pada usia kebuntingan muda (umur 4 bulan atau kurang) dan disertai dengan kejadian pyometra.
Gejala dari Trichomoniasis pada sapi ditandai dengan siklus estrus yang pendek dan tidak teratur, pada umunya menyebabkan infertilitas yang bersifat sementara, terjadi abortus pada usia kebuntingan muda (umur 4 bulan atau kurang) dan disertai dengan kejadian pyometra.
Gejala penyakit ini dibagi menjadi tiga fase akut, sub akut
dan kronis yang dapat dibedakan pada sapi, baik pada sapi induk ataupun sapi
dara.
a. Fase akut
Fase ini ditemukan banyak kegagalan perkawinan setelah adanya
pejantan yang baru masuk ke dalam suatu kelompok ternak. Panjang siklus birahi
menjadi bervariasi setrelah terjadi perkawinan gagal, dan dapat melebihi 30
hari lamanya. Embrio atau foetusyang diabortuskan, karena masih sangat kecil,
jarang dapat dilihat. Dalam waktu dua minggu setelah terjadi penukaran, dapat
ditemukan adanya pembengkakan vulva dan jaringan sekitarnya yang disertai
keluarnya cairan mukopurulen. Pada pemeriksaan penderita lebih lanjut, mula –
mula menunjukkan adanya peradangan mukosa vagina, kemudian diikuti oleh adanya
serpihan – serpihan nanah didalam cairan yang keluar dari alat kelamin.
b. Fase subakut.
Pada penularan fase sub akut, banyak peristiwa yang berhasil
dan hewan menjadi bunting. Akan tetepi sebelum fase ini berakhir terlihat
siklus birahi diperpanjang sampai 70 hari tanpa disertai kejadian abortus yang
terlihat. Akan tetapi cairan mukopurulen dari vagina tiba – tiba ditentukan
pada ternak lain pada pertengahan pertama kebuntingan. Pembesaran uterus dapat
dirasakan melalui palpasi rectal. Pemeriksaan vagina pada saat ini menunjukkan
adanya cairan mukous yang jernih disertai dengan serpihan nanah berwarna kelabu
mengalir keluar dari alat kelamin. Pada kasus piometra yang lanjut, cairan
tersebut bersifat mukopurulen. Pada umur 3 – 5 bulan masa kebuntingan, nanah
banyak didapat dalam vagina. Abortus terjadi antara umur kebuntingan beberapa
minggu sampai tujuh bulan, dan paling banyak terjadi antara umur kebuntingan
empat bulan. Fetus yang terbungkus didalam selaput didalam selaput fetus yang
masih utuh, tanpa disertai pembusukan. Jarang sekali fetus mengalami pembusukan
dan hancur. Dua sampai tiga hari setelah abortus, cairan mukopurulen masih
terlihat mengalir keluar vulva. Setelah abortus, cairan mukopurulen masih
terlihat mengalir keluar vulva. Setelah abortus, siklus birahi dapat normal
kembali.
c. Fase kronis.
Pada fase ini penyakit telah menurun dalam suatu usaha
peternakan, namun masih terdapat gejala piometra pada beberapa ekor ternak
penderita. Abortus masih timbul secara sporadic, demikian pula siklus birahi
yang sifatnya tidak teratur masih ditemukan. Perwakilan dengan pejantan pembawa
penyakit, masih dapat berlangsung. Gejala penyakit yang akut biasanya muncul
pada beberapa sapi dara yang belum pernah tertular dan tidak mendapatkan
kekebalan terhadap penyakit ini. Sesudah beberapa tahun mengalami periode laten
atau kronis, trichomoniasis dapat muncul kembali apabila resistensi hewan
menurun.
Epidimiologi
Trichomonas adalah penyakit menular yang ditularkan atau
menular saat terjadinya perkawinan alam. Dan dapat juga menyebar melalaui
inseminasi buatan dengan alat yang dicampur oleh protozoa ini, atau melalui
pertolongan kelahiran yang tidak bersih. Namun, kedua cara penularan terakhir
jarang terjadi. Pada sapi betina , jumlah dan aktifitas trichomonas bervariasi.
Hal ini berhuungan erat dengan siklus birahi dan kebuntingan. Mula – mula pada
saat pertama kali infeksi , organisme ini berkembang baik didalam vagina, dari
sinilah trichomonas foetus terus berjalan menuju uterus. Proses peradangan
didalam vagina berlangsung terus menerus dan berakhir sampai kembalinya birahi
pertama. Sementara itu reinfeksi di dalam uterus dapat berlangsung. Selama
kebuntingan, parasit dapat dijumpai didalam uterus, cairan amnion, dan
allantois serta di dalam saluran pencernaan fetus. Bila kebuntingan berakhir,
biasanya organisme ini menghilang dalam waktu 48 jam dari alat kelamin, dan
baru muncul kembali pada fase proestrus berikutnya.
Pada sapi jantan, trichomonas foetus hidup pada permukaan
penis, orifisium uretra bagian anterior dan kantung prepusium( praeputium ).
Pernah juga dilaporkan adanya trichomonas foetus hidup dalam ampula, ductus
deferens, dan vesika seminalis bersamaan dengan infeksi coryne bacterium
piogenes.
Patogenesis
Pada vagina,
Trichomoniasis pada sapi akan menyebabkan vaginitis kataralis yang
menyebabkan mukosa vagina menjadi berwarna merah dan basah. Pada infeksi
yang bersifat kronis akan tampak adanya oedema pada vulva. Pada uterus infeksi
oleh T. fetus akan menyebabkan endometritis kataralis yang dapat berubah
menjadi purulen. Jika infeksi terjadi pada sapi bunting akan menyebabkan
keradangan pada kotiledon yang selanjutnya akan diikuti dengan kematian dan
maserasi fetus atau abortus, yang selanjutnya akan diikuti dengan pyometra.
Pada kasus tersebut corpus luteum gravidatum tetap berkembang dan disebut
corpus luteum persisten yang menyebabkan sapi tidak akan mengalami siklus
birahi. Plasenta mengalami penebalan yang dilapisi sejumlah kecil gumpalan
eksudat berwarna putih kekuningan, dan nampak adanya sedikit nekrosis pada
kotiledon.
Pengendalian Pencegahan
dan pengobatan
Penanggulangan Trichomoniasis pada sapi dapat dilakukan
pengobatan menggunakan antibiotik secara lokal pada betina yang terinfeksi.
Sedangkan pada pejantan yang terinfeksi dapat dilakukan dengan pencucian atau
pembilasan kantong penis (preputium) dengan antiseptik atau antibiotik seperti
larutan berenil 1 % sebanyak 100-150 ml. Pengobatan pada pejantan lebih sulit
sehingga pengobatan sebaiknya dilakukan hanya pada sapi jantan yang mempunyai
mutu genetik yang tinggi.
Sapi induk yang menderita pyometra dapat diberikan estrogen
atau prostaglandin F2α dengan tujuan terjadi kontraksi uterus sehingga terjadi
pengeluaran nanah dari uterus/rahim yang selanjutnya dilakukan spool atau
irigasi uterus dengan anti septik ringan.
Disamping itu pengolahan semen yang digunakan untuk IB dengan
baik merupakan merupakan cara pengendalian dan pencegahan penyakit
Trichomoniasis pada sapi . Semen yang beredar secara komersial dapat diberi
perlakuan khusus dengan pemberian antibiotik untuk menghindari ancaman infeksi
sapi betina yang di IB. Pengobatan Trichomoniasis pada sapi dapat berhasil
dengan menggunakan antibiotik spektrum luas baik untuk pejantan maupun sapi
betina. Usaha lain yang dapat dilakukan adalah isolasi dan memberikan waktu
istirahat untuk kegiatan seksual selama 3 bulan sampai siklus birahi nampak
kembali normal.
by iqbal & abel
sumber dari internet semua
Posted by Minggu, Januari 13, 2013 and have
, Published at